IAS Lepas Baju, Balikan Dengan Mantan

Makassar,27 Mei 2022. Politisi Senior Sulawesi Selatan, Ilham Arif Sirajuddin (IAS) yang juga mantan Walikota Makassar melalui laman Facebooknya menulis salam perpisahan untuk Partai Demokrat.

Melepas baju Demokrat, dan kembali ke Partai Golkar Partai yang pernah IAS Pimpin adalah pilihan atas nama cita – cita,membutuhkan organisasi di mana dapat mengabdi di kancah yang lebih besar, dan bisa lebih dihargai.

Berikut ini pesan yang ditulis dalam Halaman Facebook Ilham Arif Sirajuddin.

Yang Terhormat,
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono & Mas Agus Yudhoyono

Semoga kesehatan & kejayaan selalu menyertai Bapak sekeluarga.

Satu pekan terakhir, saya selalu berupaya mencari kesempatan & peluang bisa menemui Bapak SBY. Namun waktu & kesempatan belum terwujud sehingga saya memutuskan mewakilkan diri saya lewat tulisan ini.

Sebagai guru politik, orang yang saya tuakan, penting bagi saya menunjukkan rasa hormat kepada Bapak SBY. Sehingga dalam setiap momentum penting dalam hidup saya, tidak lengkap rasanya jika tidak menyempaikan kepada Bapak SBY lebih dulu.

Insyaa Allah saya memutuskan untuk bergabung dengan Golkar Indonesia pada 29 Mei 2022 nanti. Keputusan ini bukan tiba – tiba. Tapi sudah melalui perenungan panjang. Dua bulan bukan waktu yang singkat, termasuk sepanjang Bulan Ramadhan lalu.

Saya bertafakkur, meminta petunjuk-Nya, & merenungi diri selama itu. Yang akhirnya menguatkan saya untuk memilih keputusan berlabuh ke Partai Golkar.

Saya tidak pungkiri, keputusan pindah ini lebih besar dikarenakan saya gagal mendapat kepercayaan tim Tiga DPP Partai Demokrat untuk memimpin Partai Demokrat Sul-Sel

Padahal dalam benak saya, kami telah berjuang & melakukan segala hal yang perlu dilakukan dalam upaya kembali memimpin Demokrat Sulsel lewat Musda itu. Kami telah membuktikan siap memberikan yang terbaik. Lewat program & penyiapan fasilitas permanen untuk Partai. Segala syarat manusiawi sudah kami penuhi untuk menang. Termasuk memenangkan pemilihan di Musda lalu.

Saya memahami bahwa apapun yang saya terima sudah merupakan Takdir Allah SWT. Termasuk soal gagal memimpin Demokrat. Tapi di balik takdir ini, pada dasarnya saya membutuhkan penjelasan rasional yang manusiawi. Penjelasan yang menunjukkan partai yang saya cintai ini adalah partai yang berjalan di atas rel demokratis yang sebenarnya.

Saya memahami aturan tentang Ketua terpilih pada akhirnya ditentukan oleh tim 3. Tapi penjelasan rasional mengapa saya ditolak oleh tim 3 DPP, sampai saat ini tidak pernah saya dapatkan dengan sempurna.

Padahal sebelum memutuskan maju pada Musda lalu, saya mendapat penjelasan yang begitu rasional dari BPOKK & Sekjen bahwa saya bisa bersaing dengan fair pada musda tersebut. Harapan yang awalnya sangat terbuka bagi saya itu ternyata menjadi belati yang menikam setelah mendengar keputusan akhir DPP.

Yang semakin menyulitkan saya, tidak adanya penjelasan rasional dari DPP setelah pengumuman itu membuat saya juga tidak punya jawaban rasional kepada publik Sulsel yang bertanya mengapa saya gagal memimpin Demokrat.

Jika saya digagalkan DPP karena pernah tersandung kasus hukum, bukankah kondisi serupa juga dialami ketua terpilih pada musda Sulawesi Utara. Saya melihat ini sebagai standar ganda.

Dari hal yang saya uraikan di atas, saya berkesimpulan bahwa pemimpin tertinggi partai ini di DPP, benar² sudah tidak menginginkan saya lagi untuk berjuang di Demokrat. Tidak mengizinkan saya lagi
meniti cita² politik ke depan lewat partai ini.

Atas nama cita² saya, saya membutuhkan organisasi di mana saya & cita² saya mengabdi di kancah yang lebih besar, bisa lebih dihargai.

Sulit membayangkan jika harus tetap berada dalam satu organisasi di mana para petingginya di pusat saya pahami sudah tidak menginginkan saya. Terlebih, setelah keputusan penunjukan, tidak ada upaya rekonsiliasi yang terlihat di segala tingkatan. Utamanya di tingkat DPD Demokrat Sulsel. Kenyataan ini semakin menguatkan rasa tidak dibutuhkan lagi. Di sisi ini, izinkan saya menegakkan harga diri. Siri’.

Bapak SBY & Mas AHY yang saya hormati.

Saya melepas baju Demokrat, tapi saya tidak pernah lupa bahwa beberapa momentum terbaik dalam hidup saya, telah saya lalui bersama Demokrat. Saya berterima kasih untuk semua itu.

Saya secara pribadi tidak akan sanggup melepas ikatan silaturahmi personal yang ada sebelumnya dengan Bapak & Mas AHY. Itu adalah kebanggaan personal saya.

Mohon doa & maaf saya yang tak terhingga

Dr. Ir. H. Ilham Arief Sirajuddin, MM.

(Visited 35 times, 1 visits today)
Bagikan